Monday, December 28, 2015
Sekali waktu, pernah istri saya terjebak dalam situasi yang membuatnya malas untuk beraktifitas. Dan saya rasa, kalau sudah datang situasi tersebut, mau ibu-ibu muda ataupun yang sudah senior, pasti bakal ogah untuk beranjak dari tempat tidur. Situasi menyebalkan itu adalah berhadapan dengan segunung pakaian bahan setrikaan yang rasa-rasanya kalau dikerjakan 24 jam non-stop pun tak akan selesai.
Well, that's definitely exaggerated too much... Ahaha.
Anyway, karena saat itu saya masih berstatus Chief untuk sebuah institut lokal, maka saya lebih banyak berkutat dalam menyiapkan kurikulum belajar dibanding membantu istri di rumah, hehehe.
Jadi, sebagai solusi, terpaksalah kita panggil salah seorang kenalan kami yang serba bisa. Bisa masak, bisa nyuci, bisa nyetrika, bersih-bersih and so on yang mengingatkan saya kepada salah satu artikel om Rhenald Kasali tentang Job on Demand, meski agak miris kalau dibandingkan dengan kenalan kami yang satu ini. Well, nanti saya akan tulis artikel tentang itu.
So, kembali ke project kita. Kita sampaikan bahwa kita ada project segunung pakaian yang harus diatasi sebelum adzan zhuhur berkumandang, so, you better get your ass down here in the morning as an early bird and get it done... Woa... 😂
Dianya sih oke saja, lalu dia datang pagi hari, lalu kita persilahkan masuk rumah dan kita persiapkan akses ke gudang arsenal kita yang berisi sebuah setrika listrik dengan lapisan teflon generasi kedua yang lebih kuat, satu alas setrika dan parfum pelicin.
And then, dia mulai berdansa Tango dengan tangannya. Ke kanan ke kiri, menyelinap di balik kancing baju, dan terus menerus memancarkan hawa panas yang membuat suasana semakin hot. Yah, hot dalam artian yang sebenarnya, you kena colek dikit saja, bisa kena luka bakar tingkat satu. Ahahaha...
Sedikit demi sedikit the iceberg of our laundry mulai mengecil, mengecil dan saat mendekati zhuhur, seluruh pakaian yang subuh tadi nggak kebayang bakal beres ternyata sudah rapi jali harum mewangi berseri-seri... Good joob!
Selanjutnya, sebagai uang lelah, kita berikan selembar 50 ribuan untuk sekitar 10 kg pakaian yang sudah tersetrika rapi tersebut.
Lalu kita skip forward ke zaman kita sekarang. Ya, itu sekitar 5 tahun yang lalu.
Saat saya buka disetrikain tentu saya melakukan perhitungan, asumsi, SWOT dan macam-macam. Salah satunya, bila 5 tahun yang lalu saya memberi 50 ribu untuk 10 kg pakaian, berarti jasa setrika per kilonya adalah Rp. 5000,-.
Padahal setrika punya saya, listriknya dari saya, parfumnya dari saya, plastik kemasan? nggak pake, karena langsung masuk lemari. Kalo dipikir-pikir, itu ongkos jasanya mahal banget.
Sebab, di disetrikain semua customer tidak bawa apa-apa kecuali laundry yang siap disetrika saja -ya iya lah-. Setrika, gas, parfum, plastik kemasan, semuanya dari disetrikain. Dan per kilo cuma Rp. 3000,- rupiah saja.
Jadi, kalau 5 tahun yang lalu ada jasa professional ironer macam ini, tentu saya akan pilih yang lebih murah dengan kualitas layanan yang lebih baik.
Ya ya, artikel ini memang terasa seperti promo. Tapi, coba lihat dari sudut pandang istri saya 5 tahun yang lalu, pasti artikel ini bukan promo, bahkan ini bantuan besar, ini BIG HELP, sebab diakui ataupun tidak, bila anda sudah menjadi ibu rumah tangga, atau punya istri yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga, urusan menyetrika adalah urusan yang diletakkan diurutan paling bontot, tepat sebelum urusan membersihkan toilet. He he...
Jadi, tunggu apa lagi?